Kenapa di Denmark, Belanda... Astrazeneca dihentikan? Karena walaupun secara statistik msh sedikit tapi kasusnya cukup serius. Pembuluh darah kalau yg mampet ditempat yg salah misalnya deket otak bisa lumpuh. Dan itu tergolong serius.
Di Korea jg sempat dihentikan... Boleh digunakan kembali tapi dgn sangat hati-hati, syarat ketentuan berlaku...
Di UK atau Inggris boleh digunakan tapi itu jg boleh memilih rakyat mau vaksin apa, dipersilakan mau vaksin atau mau ndak dulu...
Di Indonesia walaupun kata BPOM nggak ada kasus pembekuan darah, tapi ada yg meninggal, buta, dan lumpuh setelah divaksin... Bahkan masih muda dan tanpa komorbid (penyakit penyerta). Di India juga.
Tapi itu di luar kendali gua tgs gua sebagai rakyat dan sebagai tanggung jawab ke diri gua sendiri cuma berhati-hati. Dan mengingatkan atau mengabari yg msh mau dikabari. Siapa tau bermanfaat. Di akhirat nanti tanggungjawab ke Allah masing-masing. Yang penting sebagai akademisi tugas gua sudah ditunaikan kalau BPOM bebal ya bukan dosa gua.Lagipula rata-rata nakes di Indonesia jg nggak maksa... Kalau mau vaksin dengan segala risikonya ya ayo, nakes yg blm berani vaksin dulu jg ada... Lagipula ini msh vaksin darurat blm vaksin yg sudah teruji... Mall jg nggak maksa sebenarnya kalau mau vaksin trs belanja ayo kalau blm ya udah, gimanapun jg RS dan Mall itu msh tergolong high risk paparan tinggi, kalau memang butuh silahkan tp ya hrs hati-hati bgt nggak bisa dilarang2 cuma yg sudah vaksin. Pemerintah aja yg maksa. Padahal vaksin tuh nggak menjamin jg. Mati di tangan Allah. Sembuh pun di tangan Allah bukan dokter, dokter cuma media pembantu. Padahal kalau sudah waktunya vaksin jg nggak harus bgt 100% divaksin, mungkin kalau di agama macem mengurus jenazah fardhu kifayah. Sekarang fokusnya tuh bagaimana adaptasi kebiasaan baru, 5M, 3T... Dll.
Kalau cuma ngikutin statistik semata, tanpa background knowledge. Ya ujung2nya biased.
Dan yang namanya Ilmuwan kan harus objektif
Mungkin emang nggak niat ngelindungin rakyat
3 Muharram 1443 H
No comments:
Post a Comment