Wednesday, July 21, 2021

Rasio Tempat Tidur RS

Kalau kemarin kita ngomongin jumlah/rasio dokter di Indonesia. Yang tentunya sangat mencengangkan. Hari ini kita ngomongin rasio tempat tidur rumah sakit yang tidak kalah mencengangkan.

"Bagaimana cara memahami grafik diatas? Ambil contoh Jakarta, rasio TT 2,33 artinya tersedia 2,33 tempat tidur di rumah sakit untuk setiap 1.000 penduduk Jakarta. Dari grafik diatas diketahui bahwa secara nasional rasio tempat tidur (TT) adalah 1,17. Provinsi dengan rasio TT tertinggi adalah DKI Jakarta (2,33 TT). Sedangkan provinsi dengan rasio TT terendah adalah Nusa Tenggara Timur (0,71 TT) dan Nusa Tenggara Barat (0,81 TT). Dengan jumlah TT di RS yang sedikit tentu akan mempengaruhi kualitas perawatan kesehatan pasien."

https://infokes.dinus.ac.id/2020/02/20/kacamata-statistik-pada-kapasitas-rumah-sakit/

Pantes aja ya waktu itu Bali kena Covid-19 occupancy rate lsg full, tahun lalu lebih tepatnya.

"Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, jumlah tempat tidur Rumah Sakit (RS) di Indonesia pada 2018 mencapai 310,7 ribu. Jumlah tersebut meningkat 1,85 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, rasio tempat tidur RS pada 2018 yakni 1,17 per 1.000 penduduk. Rasio tersebut juga meningkat dibanding tahun sebelumnya yakni 1,16 per 1.000 penduduk. Rasio ini menunjukkan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di suatu wilayah."

https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/rasio-dan-jumlah-tempat-tidur-rumah-sakit-di-indonesia-2011-2018-1584098694

Jadi, cuma ada sekitar 1-2 kasur untuk setiap 1000 penduduk. Pantesan aja ya yang video di Bekasi sampai di jalan-jalan, di kursi-kursi, tenda, di mobil pick up pasiennya. Dan banyak yang lebih milih ya udh di rumah aja org di RS jg malah kaya gitu. Tapi banyak yg meninggal jg ketika karantina mandiri di rumah (krn sbnrnya tetep perlu tau pengawasan Dokter pertolongan medis tp ya dokternya udh overworked RS udh overload). Dan lagi kualitas karantina mandiri org di rumah aja tuh beda2. Sekarang kasusnya udh turun, ada yg bilang krn libur jd nggak kecatat. Tp kalau kata gua pas heboh kemarin peningkatan kasus ini sih skrg udh antara yg akhirnya meninggal atau sembuh.

Jd belum begitu menanjak kasus baru lagi. Tapi tahun ini lebih ini ya kayanya bener lebih menular soalnya kok banyak bgt yg kena ini sih soalnya dia faktorial gtu nyebar jd kalau tdnya clean ya sewilayah clean mau heboh gmn jg di tempat lain klo ga ada yg dr wilayah wabah ya udh. Kalau udah ada satu masuk transferred transmission aja ya udah makin banyak, makin banyak, makin banyakkan. Tp kok gua liat video org2 upload kena Covid-19 beda2 ya testimoninya? Jd kaya satu virus tp kok beda2 penyakit? Ada yg bilang sesek, ada yg dadanya sakit, ada yg kaya ditusuk2, ada yg lemes, ada yg demam, ada yg lambung, ada yg enek, ada yg ga nafsu makan, ada yg batuk, ada yg tetep tajam penciuman dan lidahnya, ada yg kaya nggak kenapa-kenapa tp innalillahi wa Inna ilaihi roji'un wafat... Jd yg bilang Covid-19 nggak ada itu mungkin beberapa bukan mau nyebarin hoax tp emang krn blm ngerasain kali jd kaya ga percaya... Gua mau komen tp ini agak parah si, sebenernya banyak lho penyakit yang lebih parah-parah dan ngeri-ngeri di Indonesia atau daerah tropis gini. Kalau kalian sudah relatif berumur pasti ngerasa hrsnya bisa melewati ini krn banyak menyaksikan penyakit2 yg lebih parah, gak tertahankan, dan gak sembuh-sembuh. Misalnya penyakit lapar. Atau penyakit-penyakit tidak menular lainnya. Ah tp ya nggak tau lah badan org beda2. Kalau dibandingkan wabah diare, kolera, ebola, cacar, polio, zika, dll jg msh ini lhoh hrsnya msh bisa tertangani. Msh banyak yg lebih ngeri-ngeri...

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
South Tangerang, Banten, Indonesia
Do you know, how many stars in the sky? Do you know how many flowers in this universe? I don't know. But alone, or together they are awesome. I want to be like them.