Tuesday, July 6, 2021

Beberapa Do'a Mancing Jodoh

Doa Nabi Musa

Rabbi inni lima anzalta ilaya min khairin faqir

Tuhan sesungguhnya aku apapun kebaikan drmu sangat butuh


Rabbi laa tadzarni fardan wa anta khairul waritsin

Tuhan jgn tinggalkanku sendiri dan Engkaulah sebaik-baik pewaris


Rabbi habli miladunka zawjan thayyiban

Tuhan karuniakan aku pasangan yg baik


Mancing doang, nangkep kaga, dilepasin lg

Nonton siaran ulang ini. Sebenernya nggak papah lah kerja di luar negeri hak asasi manusia, org Indonesia jaman dulu jg pelaut banyak yg rumah tangganya aman2 aja, taqwa adalah koentji. Apalagi kalo kaya ya kan? Tp kalo ga mau ribet ya istrinya ngikut... atau kerja di negeri sendiri udh... atau ganti pasangan cari yg deket2 aja

Lagipula di Indonesia banyak moral hazard, nggak mesti yang usaha gede, usaha kecil-kecilan aja informal, bossnya kdg bisa ujian bgt. Padahal kan katanya today's small business might be tomorrow nestle or coca cola dr bibitnya saja udh nggak berkah bgt. First we built habit, next habit build us. Gimana kalau punya perusahaan gede kaya begitu, bisa didemo buruh pagi-siang-sore. Nggak ada cuti sakit, nggak ada cuti haid, jam kerja nggak sesuai, beban kerja jg nggak sesuai janji di awal (padahal kan akad bikin sama-sama, hrs dipatuhi/taat sama2, kalau udh nggak cocok/relevan diperbaharui sama2).
Astaghfirullah.
Tp kerja di luar negeri jauh keluarga. Kek mana geh.

Nggak usah jauh-jauh memperkerjakan org lain kdg kita memperkerjakan diri sendiri jg zalim. Males2an. Nggak istirahat/diforsir lembur2an.
.
.
.

Btw kmrn abis baca ini di Quora

Apa pendapatmu mengenai orang yang ingin menikah namun belum mandiri secara finansial di mana untuk penghasilannya sendiri masih bergantung pada orangtua atau usaha orangtuanya?

Yang menarik dari pertanyaan ini adalah bahwa ini sebenarnya cerminan situasi negara kita yang berada pada peralihan dari negara agraris ke negara industri. Baca terus jika ingin melihat hubungannya ;-)

Ada banyak penelitian yang menunjukkan pergeseran struktur keluarga dalam masyarakat ketika suatu negara beranjak dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Dalam masyarakat agraris, “keluarga” mengandung makna “keluarga besar” atau extended family. Dalam konsep ini, yang disebut keluarga termasuk pakde, bude, kakek, nenek, sepupu, kemenakan, dan seterusnya. Kita masih bisa melihat pengaruh konsep extended family ini dalam istilah bahasa daerah seperti Jawa dan Batak yang sangat kaya akan istilah seperti sebutan untuk adik dari ibu, suami dari kakak perempuannya ayah, adiknya kakek dari sisi ibu, dan seterusnya.

Konsep keluarga besar

Dalam konsep keluarga seperti ini, urusan menikah adalah urusan semua orang yang terkait dalam keluarga besar. Segala sesuatu harus cocok dengan kehendak keluarga. Mengapa? Karena kehidupan sang pengantin baru akan sangat banyak bergantung pada keberadaan keluarga. Dalam masyarakat komunal, urusan makan dan kumpul bersama adalah urusan keluarga besar. Mereka hidup saling bergantung. Anak kecil dan orang jompo akan diurus oleh keluarga besar.*

Orang menikah tidak harus punya penghasilan tetap dulu. Jika keluarga besarnya sanggup, mereka akan dinikahkan. Kehidupan setelah menikah adalah urusan keluarga. Rumah masih bisa menumpang di rumah orang tua. Makan dan tidur juga. Anak-anak yang akan lahir juga tanggungan orang tua. Mereka akan dipelihara keluarga besar.

Pergeseran konsep keluarga

Dalam masyarakat industri yang maju, yang disebut keluarga hanyalah keluarga inti yaitu suami, istri, anak. Kebutuhan finansial mereka adalah tanggung jawab mereka sendiri. Bahkan ada tren, anak-anak yang sudah usia dewasa atau masuk kuliah akan segera melepaskan diri dari orang tua dan menghidupi diri sendiri. Orang tua jompo merupakan beban pemerintah sebab anak-anak merasa kesulitan merawat orang tua mereka yang tak berdaya. Itu sebabnya keberadaan rumah jompo di negara industri sangat banyak dibandingkan negara berkembang.**

Pergeseran struktur keluarga dalam masyarakat industri itu tidak terjadi mendadak, tetapi berangsur-angsur selama beberapa abad terakhir. Bahkan di daerah yang lebih rural di negara maju, ketergantungan pada keluarga besar masih cukup nampak.

Keputusan menikah dalam struktur keluarga yang demikian adalah sepenuhnya keputusan pribadi dan tanggung jawab pribadi. Sebab konsekuensi finansial akan ditanggung sendiri oleh yang bersangkutan.

Kawin, tidak, kawin, tidak

Maka, kembalilah kita ke pertanyaan. Keputusan menikah merupakan cerminan struktur keluarga dalam lingkungan kehidupan kita masing-masing. Jika setelah menikah kehidupan si pengantin baru akan menjadi tanggungan keluarga besar, maka menikahlah. Struktur keluarga dalam kehidupan masyarakat Indonesia berada dalam spektrum di antara struktur agraris yang komunal dan industri yang individualistik. Jika keluarga Anda tampaknya lebih mengadopsi nilai-nilai masyarakat yang lebih individualistik, lebih baik pikirkan baik-baik konsekuensi finansial bagi keluarga yang akan Anda bentuk. Ini bukan permainan dengan banyak nyawa cadangan.

Bahan bacaan yang berhubungan Jawaban Dekrit Gampamole untuk Bagaimana perubahan bentuk keluarga sebelum dan pasca industrialisasi?





*
Di satu sisi gua pengen keluar rumah
Pengen punya kehidupan sendiri jg
Di sisi lain gua pengen bantu ngerawat ortu jg di usia senjanya kalo kuat

**
Tapi keadaannya memaksa
Mulai didorong untuk apa-apa sendiri dan individualistik, mulai terpapar dan kena influence dr luar yg sbnrnya bukan budaya2 kita amat dan nenek moyang kita, bukan fitrah kita jg
Bukan maksud durhaka tp early warning aja mau kemana masa depan kita? Aku sih msh pengen tradisional sebenernya ngurus ortu, nikah, nanti diurusin anak-anak (apalagi muslim Jawa pula durhaka aku bisa-bisa ya Allah jadikanlah aku anak yg sholeh) tp zamannya ini, kita hidup di zaman yg bnr2 berbeda

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
South Tangerang, Banten, Indonesia
Do you know, how many stars in the sky? Do you know how many flowers in this universe? I don't know. But alone, or together they are awesome. I want to be like them.