Saturday, February 18, 2023

Review Buku Kitab Tawabbin Ibnu Qudamah Al-Maqdisi

Setelah Ibnul Qayyim dan Taymiyyah sekitar 7 tahun yg lalu, kali ini aku mampir mengunjungi Mbah Ibnu Qudamah, hayuk mangga yg mau ikutan nyimak...

Jadi kalau Ibnul Qayyim aku baca yg The Sickness of The Heart and It's Healings bukan sih? Pokoknya tentang itu deh
Ibnu Qudamah di iPusnas ada 3 yaitu Agar Orang Biasa Masuk Surga, Agar Hati Selembut Salju, dan Kitab Tawabbin (Kisah Taubatnya Orang-orang yang Berdosa). Oooh salah deng yg bener Kitab Tawabbin (Kembalinya Orang-orang yang Salah Jalan). Sejujurnya agak jiper dluan pas download yg terakhir ini 55.5 mb sendiri apa ya yg lain paling sekitar 9 mb. Tapi ternyata! Malah yang paling easy-to-read ya ini yg ketiga, karena ternyata kaya kumcer gitu lho. Kumpulan cerpen. Kumpulan cerita-cerita pendek. Kumpulan kisah-kisah Islami. Nggak langsung tamat sekali baca, tapi nggak apa-apa dibaca lepas. Nggak bersambung soalnya. Dikit-dikit jg bisa. Begitulah.

Aku belum tamat agak lompat-lompat, tp yg tengah ke akhir udah aku baca. Salahsatu kisahnya nanti aku lampirin judulnya Dokter Nasrani yang Masuk Islam. Sisanya silahkan baca sendiri ya 🤭

Ya pokoknya gitulah kisah-kisahnya, menyentuh kalbu walaupun singkat, yg paling kena di aku yg anaknya taubat abis kedatangan ulama di masjid dekat rumahnya, trs dengerin bentar




Selain di iPusnas
Tersedia juga di Tokped https://tokopedia.link/U2VAIKFUuxb

Ada jg yg Bahasa Arab

✿✿✿

Rep: Nashih Nasrullah Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Tanpa identitas tahun dan nama tokoh-tokoh dalam cerita, Ibnu Quddamah al-Maqdisi, mengisahkan kisah inspiratif dan menggungah hati. Adalah cerita tentang berislamnya seorang dokter Nasrani di tangan para jamaah sufi. Kisah yang satu ini menjadi pamungkas kitab at-Tawwabin karya Ibnu Quddamah.

Alkisah, sebanyak 40 orang dari jamaah sufi tengah mengadakan perjalanan religi. Di daerah sekitar Baghdad, mereka memutuskan untuk berhenti dan menetap selama tiga hari. Ketika itu, kondisi keuangan rombongan sufi tersebut sekarat, tak ada bekal yang tersisa. Para sufi itu, harus menetap tanpa makanan sama sekali.

“Para jamaah, Allah SWT mengizinkan berikhtiar bagi para hamba. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. (QS al-Mulk [67]: 15). Carilah sekiranya ada orang yang berempati dan memberi kita makan,” kata salah seorang yang dituakan dalam rombongan itu.

Lantas, berangkatlah salah satu dari mereka berjalan menuju sudut-sudut Kota Baghdad, berharap ada orang yang beriba dan membantu kesulitan makanan yang mereka alami. Namun, hasilnya nihil. Utusan itu gagal mencari makanan bagi para rombongan yang masih berada di luar pusat kota.

Utusan tersebut akhirnya kelaparan dan kelelahan. Kondisi fisiknya melemah. Ia memutuskan beristirahat di sebuah toko obat milik seorang dokter Nasrani. Suasana toko tengah ramai dan padat oleh para pelanggan. Sang dokter tampak sibuk melayani dan memberikan obat. Di tengah-tengah kesibukannya itu, ia melihat utusan duduk terkulai lemas di depan tokonya. “Apa yang terjadi padamu, sakit apakah Saudara?” tanya sang dokter yang mendekati utusan.

Pria utusan itu belum sempat menjawab pertanyaan, sang dokter dengan sigap memegang tangan dan memeriksa denyut nadinya lalu berkata, “Ohhh, saya tahu persis penyakit yang mendera Anda. Wahai pembantu, berangkatlah ke pasar. Beli satu bungkus roti, sebungkus lauk, dan satu kantong manisan.”

Utusan tersebut tak melupakan para temannya, ia mengadu kepada si dokter bahwa ada 39 orang lagi yang tengah kelaparan. “Baik tidak masalah, wahai pembantu beli lagi  makanan itu untuk 39 orang,” katanya menginstruksikan kepada pembantunya.

Empat puluh makanan itu diserahkan kepada utusan. Tetapi, bukan tidak percaya, si dokter hendak menguji kejujuran utusan. Ia berangkat dengan utusan ditemani pembantunya. Setibanya di lokasi mereka tinggal, si dokter dan pembantunya tidak ikut masuk ke rumah. Ia berada di luar rumah tanpa sepengetahuan rombongan.

Begitu masuk, utusan tersebut disambut dengan riang. Perasaaan mereka campur aduk, senang sekaligus heran, bagaimana ia mendapatkan makanan sebanyak ini. Atas desakan para jamaah, utusan tadi akhirnya menceritakan kronologi kisahnya dengan lengkap. “Jika begitu, maka apakah kalian rela menyantap makanan Nasrani ini dengan lahap, tanpa hadiah sedikitpun?” celetuk pemimpin rombongan.

Secara spontan, mereka menahan diri sejenak dari keinginan makan. Mereka semakin bingung, hadiah apa yang hendak diberikan sebagai balasan itu. “Berdoalah kalian semua kepada Allah, sebelum mengonsumsi makanan pemberiannya agar si dokter Nasrani diselamatkan dari

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
South Tangerang, Banten, Indonesia
Do you know, how many stars in the sky? Do you know how many flowers in this universe? I don't know. But alone, or together they are awesome. I want to be like them.