Saturday, December 18, 2010

Bell Istimewa

Ini sebenernya tugas crpen waktu gue kelas 10, tugas B.Ind... tapi entah mengapa gue pengen ngeshare... enjoy it!


Bell Istimewa
“Riiiiiiiiiing driiiing!!!” Bell pulang berbunyi lantang. Menggelegar kesetiap sudut sekolah dasarku. Saat itu kalau tidak salah aku kelas 5, eh atau kelas 4? Ya... sekitar itulah. Disambut teriakkan “Hore!” yang meriah dari siswa-siswi yang tadinya lemas dan layu. Wajah mereka, bersemu ceria  seluruhnya. Mengapa? Hanya bell pulang bukan? Mungkin menurutmu hal biasa. Kalau begitu biarkan sejenak (ehem... maaf sepertinya bukan sejenak) aku akan menjelaskan keadaan sesungguhnya.
Saat itu bulan puasa. Nah! Dari kalimat pertamaku kalian mulai mengerti bukan? Mengapa bell pulang yang kumaksud bukan bell pulang biasa. Selain itu sebelum SDku tercinta bangunannya dibuat bertingkat, anak kelas 4 dan 5 masuk siang. Hal itu karena jumlah kelas yang belum cukup, kalau serempak semua anak masuk pagi.
Masuk siang dibulan puasa adalah hal yang menyedihkan menurut kami. Disaat matahari dengan murah hatinya berbagi cahaya yang sangat terik, disaat anak-anak lain mencuci kaki dan bersiap tidur siang. Kami harus membawa tas besar yang berat, berseragam, dan berangkat ke sekolah. Walau pedagang jajanan berkurang, peduli amat? Puasa ya lapar. Puasa ya haus. Begitulah menurut kami yang dulu belum terlau mengerti makna puasa. Hanya tuhan, diri masing-masing, dan mungkin ibu mereka yang tahu apakah anak-anak dikelas kami benar-benar puasa penuh atau disambung.
Puasa setengah hari saat itu hukumnya aneh bagi kami. Biasanya kelas 1 dan 2 saja hanya beberapa anak yang tidak puasa setengah hari. Kalau kelas 3 pagi-pagi sahur, siang buka.. lalu menyambung lagi dan baru buka sesungguhnya saat maghrib. Kelas 4 dan seterusnya, umumnya malu dengan adik kelas bila puasa setengah hari, atau bahkan tidak puasa.
Saat bell belum berbunyi, tiap anak yang masih puasa tidak bosannya bertanya ketiap murid “Kamu puasa gak?” dengan tatapan aku-masih-tahan-puasa-dong-aku-hebatkan! Dan tiap anak yang sudah batal atau tidak puasa pasti langsung keluar kelas setelah menaruh tas. Was-was diinterogasi. Bagi yang non muslim mereka mengemil bekal di kantin yang tutup (tiap bulan puasa disekolahku kantin tutup). Aku masih ingat saat aku bertiga (bersama sahabat-sahabatku) keliling kelas menanyai tiap anak. Setiap selesai dijawab “Aku masih puasa kok.” kami serempak menyahut “Kita juga!”.
 Ada hari dimana saat itu temanku yang baru saja menaruh tas dan bergegas keluar kelas, berhasil kami hampiri secepat kilat. Melihat bibirnya yang basah air, dalam hati kami tahu ‘Ia tidak puasa’ (ha ha ha).
 “Aku tadi pagi nggak sahur, mamaku kasian, katanya nggak usah puasa aja.” Kilah seperti itulah yang paling umum digunakan.
 Ada pula yang dengan pintar menyahut “Aku juga kesiangan! Tapi aku bilang ke mama pasti kuat! Pokoknya aku mau puasa! Ya udah aku saur jam 7.”
“Tuuh! Dia aja tetep puasa.” dengan polosnya kami bertiga mendukung teman kami yang sahur kesiangan, samar-samar aku ingat dalam hati waktu itu aku berbicara ‘enak banget deh gak puasa’.
Lalu adzan zuhur berkumandang. Selesailah momen interogasi hari itu.
Sehabis adzan zuhur dan warga muslim sekolah selesai shalat, bell masuk berbunyi dan semua murid masuk kelas. Sambil mendengarkan bapak atau ibu guru mengajarkan, ada yang kepalanya bersandar ke tembok, ada pula yang ke tangan, atau ke meja. Khusus untukku yang paginya mengaji di madrassah, setiap beberapa menit pasti secara tak sadar aku mengucek mata dan menguap pelan. Siswa-siswi bersahutan menguap dan guru kami kesal karena beberapa menit sekali ada saja anak yang izin keluar kelas. Ada yang kumur di keran depan kelas, ada yang ke WC lalu kembali lagi ke kelas hanya karena bosan didalam kelas.
 Saat itu bukannya dengan tekun belajar, aku malah tidak konsentrasi, setengah hati membayangkan pelajaran, setengah pikiranku lagi, terbang membayangkan kasur yang empuk. Sambil membayangkan memeluk bantal. Lalu membayangkan pula menu buka puasa, lalu... “Ya Arum Amelia apa jawabannya?!” Oh musibah! Dalam khayalanku aku terjatuh dari kasur, dan ternyata belum adzan maghrib walau menu buka puasa sudah didepan mata. “Oy! Halaman berapa?” bisikku sambil menyenggol teman disampingku, yang ternyata sedang bengong. Entah membayangkan ayam goreng atau es buah.
Nah itulah yang membuat bell istirahat dan bell pulang selalu ditunggu kedatangannya, dan disambut dengan gegap gempita! Walau masa SD itu sudah lama berlalu. Tetapi kenangan-kenangan pada masa itu akan selalu aku ingat. Dan setiap bulan Ramadhan akan selalu kutunggu. Indahnya bulan suci dan mulia. Teman... kapan-kapan akan kuceritakan saat aku batal puasa padahal sudah hampiiir sekali adzan maghrib, dan sialnya ketahuan oleh teman mengajiku ha ha ha. Sampai jumpa! Assalamualaikum Wr. Wb. Semoga kita selalu mendapatkan berkah Ramadhan. Dan amal-amal juga puasa kita diterima Allah. Amin Ya Robbal Alamiiin!

2 comments:

  1. kelas 10 aja udah pinter bikin cerpen..
    keren lah :D

    ReplyDelete
  2. masaa? bo'ong ah.. hhe tp makasih kak :3

    ReplyDelete

About Me

My photo
South Tangerang, Banten, Indonesia
Do you know, how many stars in the sky? Do you know how many flowers in this universe? I don't know. But alone, or together they are awesome. I want to be like them.